Era globalisasi
adalah era keterbukaan, dimana pada era tersebut persaingan di segala bidang
akan muncul. Tumbuh pesatnya persaingan akan mendorong dan menuntut kita untuk
memiliki kompetensi yang lebih dari rata – rata dalam suatu bidang. Jika kita
tidak memiliki sesuatu yang tadi kita sebut sebagai kompetensi atau kemampuan,
maka kita akan terinjak, kita hanya bisa menikmati era globalisasi dari bangku
penonton.
Globalisasi memprasyaratkan persiapan sumber daya
manusia yang berkualitas (qualified human resource), tentunya dengan tingkat
penguasaan sains dan tekhnologi yang mumpuni, terutama tekhnologi komunikasi,
dan dengan pembekalan basic moralitas yang tergali dari kearifan
tradisi-kultural dan nilai-nilai doktrinal agama yang kuat. Tanpa itu semua,
kehadiran bangsa kita yang sudah nyata-nyata berada di tengah pentas kompetisi
global, hanya sekedar akan semakin menyengsarakan masyarakat lokal (nasional)
dan menempatkan bangsa kita pada wilayah pinggiran (peripheral), hanya menjadi
penonton dari hiruk-pikuknya percaturan negara-negara secara global di berbagai
dimensi kehidupan. Lebih dari itu, ketidaksiapan bangsa kita dalam mencetak SDM
yang berkualitas dan bermoral yang dipersiapkan untuk terlibat dan berkiprah
dalam kancah globalisasi, menimbulkan ekses negatif yang tidak sedikit
jumlahnya bagi seluruh masyarakat, baik secara politik, ekonomi maupun budaya.
Di sinilah, sekali lagi, bahwa pendidikan menjadi agenda prioritas kebangsaan
yang tidak bisa ditunda-tunda lagi untuk diperbaiki seoptimal mungkin.
Realitas globalisasi
yang demikian membawa sejumlah implikasi bagi pengembangan SDM di Indonesia.
Salah satu tuntutan globalisasi adalah daya saing ekonomi. Daya saing ekonomi
akan terwujud bila didukung oleh SDM yang handal. Untuk menciptakan SDM
berkualitas dan handal yang diperlukan adalah pendidikan. Sebab dalam hal ini
pendidikan dianggap sebagai mekanisme kelembagaan pokok dalam mengembangkan
keahlian dan pengetahuan. Pendidikan merupakan kegiatan investasi di mana
pembangunan ekonomi sangat berkepentingan. Sebab bagaimanapun pembangunan
ekonomi membutuhkan kualitas SDM yang unggul baik dalam kapasitas penguasaan IPTEK
maupun sikap mental, sehingga dapat menjadi subyek atau pelaku pembangunan yang
handal. Dalam kerangka globalisasi, penyiapan pendidikan perlu juga
disinergikan dengan tuntutan kompetisi. Oleh karena itu dimensi daya saing
dalam SDM semakin menjadi faktor penting sehingga upaya memacu kualitas SDM
melalui pendidikan merupakan tuntutan yang harus dikedepankan.
Pendidikan merupakan bentuk dari investasi jangka
panjang (long-term investmen), yaitu dengan mempersiapkan SDM yang berkualitas
melalui saluran pendidikan. Artinya, untuk mempersiapkan SDM yang berkualitas
di masa depan, sudah barang tentu masyarakat harus melakukan investasi
sebesar-besarnya untuk peningkatan kualitas (proses dan hasil) dunia
pendidikan. Untuk berpartisipasi dalam berinvestasi dalam meningkatkan kualitas
pendidikan, tentu membutuhkan pengeluaran dana (finance) yang tidak sedikit,
sedangkan sebagian besar masyarakat kita, mayoritas masyarakat yang secara
ekonomi dalam kategori menengah ke bawah, sehingga tidak memungkinkan untuk diharapkan
kontribusinya secara maksimal. Lantas kalau sudah demikian, apa yang paling
memungkinkan yang bisa kita perbuat untuk turut mencerdaskan kehidupan bangsa,
mencetak SDM yang berkualitas dan memperkuat basis moral dan agama warga
negara, terutama generasi mudanya, dalam kondisi yang sangat menyulitkan ini
(krisis multidimensional) ?
Di situlah peran
pendidikan, pendidikan akan membekali kita dalam persaingan tersebut.
Pendidikan sebagai tonggak prinsip kita. Kenapa dikatakan begitu? Karena jika
kita memilih untuk bergerak dalam suatu bidang namun kita tidak memiliki
tonggak pendidikan yang kuat maka tentunya kita tidak akan mampu bertahan di
dalam era globalisasi.
Dengan dasar diatas
sehingga penulis mengajak kepada segenap generasi muda yang selama ini
menyandang predikat “AGENT OF CHANGE” untuk ikut mewujudkan dalam proses
pembentukan dan pendewasaan repoblik tercinta ini teritama dalam kontek
pendidikan mengingat minimnya kesadaran masyarakat luas tentang arti
pendidikan. Hanya sedikit orang yang rela melakukan apapun demi medapatkan
pendidikan yang layak untuk dirinya.
Salah satu problem
struktural yang dihadapi dalam dunia pendidikan adalah bahwa pendidikan
merupakan subordinasi dari pembangunan ekonomi. Pada era sebelum reformasi
pembangunan dengan pendekatan fisik begitu dominan. Hal ini sejalan dengan
kuatnya orientasi pertumbuhan ekonomi. Visi pembangunan yang demikian kurang
kondusif bagi pengembangan SDM, sehingga pendekatan fisik melalui pembangunan
sarana dan prasarana pendidikan tidak diimbangi dengan tolok ukur kualitatif
atau mutu pendidikan.
Disusun oleh:
Ach.Yulianto
Disampaikan Dalam DISKUSI DI YAYASAN NURUL ISLAM
SEPANGKUR BESAR
Sudah menjadi tugas untuk mahasiswa agar dapat mengimplementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi
BalasHapusterutama dalam melakukan advokasi pada masyarakat :)
BalasHapuslanjutkan :)
BalasHapus