Senin, 01 Juli 2013

DAMPAK MINIMNYA PENDIDIKAN DI INDONESIA


Era globalisasi adalah era keterbukaan, dimana pada era tersebut persaingan di segala bidang akan muncul. Tumbuh pesatnya persaingan akan mendorong dan menuntut kita untuk memiliki kompetensi yang lebih dari rata – rata dalam suatu bidang. Jika kita tidak memiliki sesuatu yang tadi kita sebut sebagai kompetensi atau kemampuan, maka kita akan terinjak, kita hanya bisa menikmati era globalisasi dari bangku penonton.
Globalisasi memprasyaratkan persiapan sumber daya manusia yang berkualitas (qualified human resource), tentunya dengan tingkat penguasaan sains dan tekhnologi yang mumpuni, terutama tekhnologi komunikasi, dan dengan pembekalan basic moralitas yang tergali dari kearifan tradisi-kultural dan nilai-nilai doktrinal agama yang kuat. Tanpa itu semua, kehadiran bangsa kita yang sudah nyata-nyata berada di tengah pentas kompetisi global, hanya sekedar akan semakin menyengsarakan masyarakat lokal (nasional) dan menempatkan bangsa kita pada wilayah pinggiran (peripheral), hanya menjadi penonton dari hiruk-pikuknya percaturan negara-negara secara global di berbagai dimensi kehidupan. Lebih dari itu, ketidaksiapan bangsa kita dalam mencetak SDM yang berkualitas dan bermoral yang dipersiapkan untuk terlibat dan berkiprah dalam kancah globalisasi, menimbulkan ekses negatif yang tidak sedikit jumlahnya bagi seluruh masyarakat, baik secara politik, ekonomi maupun budaya. Di sinilah, sekali lagi, bahwa pendidikan menjadi agenda prioritas kebangsaan yang tidak bisa ditunda-tunda lagi untuk diperbaiki seoptimal mungkin.
Realitas globalisasi yang demikian membawa sejumlah implikasi bagi pengembangan SDM di Indonesia. Salah satu tuntutan globalisasi adalah daya saing ekonomi. Daya saing ekonomi akan terwujud bila didukung oleh SDM yang handal. Untuk menciptakan SDM berkualitas dan handal yang diperlukan adalah pendidikan. Sebab dalam hal ini pendidikan dianggap sebagai mekanisme kelembagaan pokok dalam mengembangkan keahlian dan pengetahuan. Pendidikan merupakan kegiatan investasi di mana pembangunan ekonomi sangat berkepentingan. Sebab bagaimanapun pembangunan ekonomi membutuhkan kualitas SDM yang unggul baik dalam kapasitas penguasaan IPTEK maupun sikap mental, sehingga dapat menjadi subyek atau pelaku pembangunan yang handal. Dalam kerangka globalisasi, penyiapan pendidikan perlu juga disinergikan dengan tuntutan kompetisi. Oleh karena itu dimensi daya saing dalam SDM semakin menjadi faktor penting sehingga upaya memacu kualitas SDM melalui pendidikan merupakan tuntutan yang harus dikedepankan.
Pendidikan merupakan bentuk dari investasi jangka panjang (long-term investmen), yaitu dengan mempersiapkan SDM yang berkualitas melalui saluran pendidikan. Artinya, untuk mempersiapkan SDM yang berkualitas di masa depan, sudah barang tentu masyarakat harus melakukan investasi sebesar-besarnya untuk peningkatan kualitas (proses dan hasil) dunia pendidikan. Untuk berpartisipasi dalam berinvestasi dalam meningkatkan kualitas pendidikan, tentu membutuhkan pengeluaran dana (finance) yang tidak sedikit, sedangkan sebagian besar masyarakat kita, mayoritas masyarakat yang secara ekonomi dalam kategori menengah ke bawah, sehingga tidak memungkinkan untuk diharapkan kontribusinya secara maksimal. Lantas kalau sudah demikian, apa yang paling memungkinkan yang bisa kita perbuat untuk turut mencerdaskan kehidupan bangsa, mencetak SDM yang berkualitas dan memperkuat basis moral dan agama warga negara, terutama generasi mudanya, dalam kondisi yang sangat menyulitkan ini (krisis multidimensional) ?
Di situlah peran pendidikan, pendidikan akan membekali kita dalam persaingan tersebut. Pendidikan sebagai tonggak prinsip kita. Kenapa dikatakan begitu? Karena jika kita memilih untuk bergerak dalam suatu bidang namun kita tidak memiliki tonggak pendidikan yang kuat maka tentunya kita tidak akan mampu bertahan di dalam era globalisasi.
Dengan dasar diatas sehingga penulis mengajak kepada segenap generasi muda yang selama ini menyandang predikat “AGENT OF CHANGE” untuk ikut mewujudkan dalam proses pembentukan dan pendewasaan repoblik tercinta ini teritama dalam kontek pendidikan mengingat minimnya kesadaran masyarakat luas tentang arti pendidikan. Hanya sedikit orang yang rela melakukan apapun demi medapatkan pendidikan yang layak untuk dirinya.
Salah satu problem struktural yang dihadapi dalam dunia pendidikan adalah bahwa pendidikan merupakan subordinasi dari pembangunan ekonomi. Pada era sebelum reformasi pembangunan dengan pendekatan fisik begitu dominan. Hal ini sejalan dengan kuatnya orientasi pertumbuhan ekonomi. Visi pembangunan yang demikian kurang kondusif bagi pengembangan SDM, sehingga pendekatan fisik melalui pembangunan sarana dan prasarana pendidikan tidak diimbangi dengan tolok ukur kualitatif atau mutu pendidikan.

Disusun oleh: Ach.Yulianto
Disampaikan Dalam DISKUSI DI YAYASAN NURUL ISLAM SEPANGKUR BESAR

3 komentar:

  1. Sudah menjadi tugas untuk mahasiswa agar dapat mengimplementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi

    BalasHapus
  2. terutama dalam melakukan advokasi pada masyarakat :)

    BalasHapus