Lingkungan adalah suatu sistem kompleks yang yang berada di luar
individu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme. Lingkungan
tidak sam dengan habitat. Habitat adalah tempat di mana organisme atau
komunitas organisme hidup. Organisme terdapat di laut, di padang pasir, di
hutan dan lain sebagainya. Jadi habitat secara garis besar dapat dibagi menjadi
habitat darat dan habitat air.
Semua atau
setiap faktor yang mempengaruhi terhadap kehidupan dari suatu organisme dalam
proses perkembangannya disebut faktor lingkungan. Tumbuhan dan juga hewan dalam
ekosistem membentuk bagian hidup atau komponen biotik, komponen ini (jenis -
jenisnya) akan bertoleransi terhadap kondisi lingkungann tertentu. Dalam hal
ini tidak ada orbanisasi hidup berada dalam keadaan yang berdiri sendiri, harus
mempunyai kondisi – kondisi lingkungan yang menentukan kehidupannya.
Suatu lingkungan
bersifat tiga dimensi ruang dan berkembang berdasarkan waktu. Ini tidak berarti
bahwa lingkungan adalah seragam baik dalam waktu ruang maupun waktu. Pada
kenyataannya faktor lingkungan alami selalu memperlihatkan perubahan baik
secara vertikal mauoun lateral, dan dikaitkan dengan waktu, mereka juga
memperlihatkan variasi baik secara harian mauoun tahunan. Dengan demikian waktu
dan ruang lebih tepat dikatakan sebagai dimensi dari lingkungan, jadi bukan
merupakan faktor atau komponen lingkungan.
Untuk
memberikan gambaran yang lebih baik, bagaimana variasi lingkunagan di dalam
suatu ekosistem kita ambil contoh di suatu hutan. Secara vertikal akibat adanya
stratifikasi hutan maka kita akan ketahui baha terlihst perbedaan yang nyata
adanya radiasi dari suhu, cahaya, kelembaban, dan lain – lain. Suhu pada
permukaan tanah akan berbeda dengan suhu udara sekitarnya, demikiian juga
secara vertikal ke atas maupun ke dalam permukaan tanah akan terlihat adanya
gradiasi suhu ini. Demikian juaga secara lateral meskipun gambarannya tidak
sejelas perubahan vertikal tadi, akibat perbedaan stratifikasi dan mungkin
topografi berbagai faktor lingkungan akan berada di suatu tempat ke tempat
lainnya.
Setiap
organisme, hidup dalam lingkungannya masing – masing. Begitu juga jumlah dan kualitas
organisme penghuni disetiap habitat tidak sama. Faktor – faktor yang ada dalam
lingkungan selain berinteraksi dengan organisme, juga berinteraksi secara
faktor tersebut, sehingga sulit untuk memisahkan dan mengubahnya tanpa
mempengaruhi bagian lain dari lingkunga itu. Oleh karena itu untuk dapat memahami
struktur dan kegiatannya perlu dilakukan penggolongan faktor – faktor
lingkuungan tersebut. Penggolongan itu dapat dibagi menjadib dua kategori
yaitu:
1.
Lingkungan
Abiotik, seperti suhu, udara, cahaya atmosfer, hara mineral, air, tanah api.
2.
Lingkungan
Biotik, yaitu makhluk – makhluk hidup di luar lingkungan abiotik
Definisi dan Komponen Lingkungan
1. Definisi
Lingkungan
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi
fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh
di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan
manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.
Lingkungan,
di Indonesia sering juga disebut "lingkungan hidup". Misalnya dalam Undang-Undang
no. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, definisi
Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk manusia, dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. (
http://id.wikipedia.org/wiki/Lingkungan)
Lingkungan
adalah sistem kompleks yang dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan makhluk hidup dan merupakan ruang tiga dimensi, dimana makhluk
hidupnya sendiri merupakan salah satu bagiannya.
Lingkungan
bersifat dinamis berubah setiap saat. Perubahan yang terjadi dari faktor lingkungan
akan mempengaruhi makhluk hidup dan respon makhluk hidup terhadap faktor
tersebut yang akan berbeda-beda menurut skala ruang dan waktu, serta kondisi
makhluk hidup.
Faktor-faktor
lingkungan mempengaruhi suatu organisme secara sendiri-sendiri atau kombinasi
dari berbagai faktor. Pengaruhnya dapat menentukan kehadiran atau keberadaan
dan proses kehidupan makhluk hidup.
Terdapat
berbagai prinsip yang mendasari hubungan makhluk hidup dengan lingkungannya,
seperti makhluk hidup tidak dapat hidup pada lingkungan yang hampa udara;
segala sesuatu yang dapat mempengaruhi makhluk hidup akan membentuk lingkungan
atau faktor lingkungan yang terdiri dari faktor lingkungan abiotik dan
lingkungan biotik. Setiap jenis, individu, kelompok atau umur makhluk hidup dipengaruhi
atau membutuhkan faktor lingkungan yang berbeda-beda.
Komponen-komponen
lingkungan terdiri dari faktor-faktor lingkungan fisiko-kimiawi dan biologi,
seperti energi, tanah, gas-gas atmosfir, tumbuhan hijau, manusia atau
dekomposer.
Dari
analisis faktor-faktor lingkungan berdasarkan aspek factor lingkungan yang
penting, terdapat macam-macam factor lingkungan, seperti faktor iklim,
geografis dan edafis (lingkungan abiotik) dan faktor tumbuhan, hewan,
dekomposer, dan manusia sebagai lingkungan biotik.
Berkaitan
dengan sifat-sifat toleransi dan adaptasi makhluk hidup terhadap lingkungannya,
terdapat beragam jenis, sifat, keanekaragaman, kelimpahan, dan pola sebaran
makhluk hidup.
2. Komponen
Lingkungan
Lingkungan
merupakan bagian yang kompleks dari berbagai faktor yang saling berinterakasi
satu sama lainnya. Tidak saja antara biotik dan abiaotik tetapi juga antara
biotik itu sendiri dan antara abiotik dengan abiotik. Dengan demikian secara
operasional adalah sulit untuk memisahkan satu faktor terhadap lainnya tanpa
mempengaruhi kondisi secara keseluruhan. Meskipun demikian untuk memahami
struktur dan berfungsinya faktor lingkungan ini, secara abstrak kita dapat bagi
faktor lingkungan ini ke dalam komponen – komponennya. Berbagai cara di lakukan
oleh pakar ekologi dalam pembagian komponen lingkungan ini, salah satunya
adalah:
a.
Faktor
Iklim, meliputi parameter iklim utama seperti cahaya, suhu,, ketersediaan air
dan angin.
b.
Faktor
tanah, merupakan karakteristika dari tanah seperti nutrisi tanah, reaksi tanah,
kadar air tanah, dan kondisi fisika tanah.
c.
Faktor
topografi, yaitu meliputi pengaruh dari terrain seperti sudut kemiringan, aspek
kemiringan dan kketinggian tempat dari muka laut.
d.
Faktor
biotik, merupakan gambaran semua interaksi dari organisme hidup seperti
kompetisi, peneduhan dan lain – lain.
Cara lain
untuk menggambarkan pembagian komponen lingkungan ini seperti yang diungkapkan
oleh Billinga (1965), ia membaginya dalam dua komponen utama yaitu komponen
fisik atau abiotik dengan komponen hidup atau biotik, yang masing – masing
komponen dijabarkan dalam berbagai faktio – faktornya. Untuk memahami pembagian
dari Billinga ini kita lihat tabel di bawah ini:
Faktor fisik/abiotic
|
Faktor hidup/biotik
|
Energi
Radiasi
Suhu dan aliran
Panas
Air
Atmosfera dan angin
Api
Gravitasi
Topografi
Geologi
Tanah
|
Tumbuhan hijau
Tumbuhan tidak hijau
Pengurai
Parasit
Symbion
Hewan
Manusia
|
B. Lingkungan
sebagai Faktor Pembatas
Proses
kehidupan dan kegiatan makhluk hidup termasuk tumbuh – tumbuhan pada dasarnya
akan dipengaruhi dan mempengaruhi faktor-faktor lingkungan, seperti cahaya,
suhu atau nutrien dalam jumlah minimum dan maksimum.
1. Justus
von Liebig
Justus
von Liebig
(1840) adalah seorang pionir yang mempelajari faktor – faktor
lingkungan dan menjelaskan bahwa pertumbuhan dari tanaman tergantung pada
sejumlah bahan makanan yang berada dalam kuantitas terbatas atau sedikit
sekali. Penemuannya kemudian lebih dikenal sebagai "hukum
minimum Liebig".
Hukum
minimum hanya berperan dalam air untuk materi kimia yang diperlukan untuk pertumbuhan
dan reproduksi. Liebig tidak mempertimbangkan peranan faktor lainnya, baru
kemudian penelitian lainnya mengembangkan pernyataannya yang menyangkut faktor
suhu dan cahaya. Sebagai hasil penelitiannya mereka menambahkan dua pernyataan
yaitu:
a)
Hukum ini
berlaku hanya dalam kondisi keseimbangan yang dinamis atau stesdy-state.
Apabila masukan dan keluaran energi dan materi dari yang diperlukan akan
berubah terus dan hukum minimum tidak berlaku.
b)
Hukum
minimum harus memperhitungkan juga adanya interaksi di antara faktor – faktor
lingkungan. Konsentrasi yang tinnggi atau ketersediaan yang melimpah dari suatu
substansi mungkin akann mempengaruhi laju pemakaian dari substansi lain dalam
jumlah yang minimum. Sering juga terjadi organisme hidup memanfaatkan unsur
kimia tambahan yang mirip dengan yang diperlukan yang ternyata tidak ada di
habitatnya. Contoh yang baik adalah tidak adanya kalsium di suatu habitat
tetapi stronsium melimpah, beberapa moluska mampu memanfaatkan stronsium ini
untuk membentuk cangkangnya.
Dalam
ekologi tumbuhan faktor lingkungan sebagai faktor ekologi dapat dianalisis menurut
bermacam-macam faktor. Satu atau lebih dari faktor-faktor tersebut dikatakan
penting jika dapat mempengaruhi atau dibutuhkan, bila terdapat pada taraf
minimum, maksimum atau optimum menurut batas-batas toleransinya.
Sifat toleransi
dan penyesuaian diri yang diperlihatkan oleh tumbuh-tumbuhan atau bagian dari
anggota tubuhnya terhadap sesuatu perubahan kondisi atau keadaan dari
faktor-faktor lingkungan tertentu dinamakan adaptasi, yang dapat diperoleh
secara heriditer (dikontrol secara genetis) atau oleh induksi sesuatu factor
lingkungan dan habitatnya.
Tumbuhan
untuk dapat hidup dan tumbuh dengan baik membutuhkan sejumlah nutrien tertentu
(misalnya unsur-unsur nitrat dan fosfat) dalam jumlah minimum. Jika hal
tersebut tidak terpenuhi maka pertumbuhan dan perkembangannya akan terganggu.
Dalam hal ini unsur-unsur tersebut sebagai faktor ekologi berperan sebagai
faktor pembatas.
Faktor-faktor
lingkungan sebagai faktor pembatas ternyata tidak saja berperan sebagai faktor
pembatas minimum, tetapi terdapat pula faktor pembatas maksimum. Bagi tumbuhan
tertentu misalnya factor lingkungan seperti suhu udara atau kadar garam
(salinitas) yang terlalu rendah/sedikit atau terlalu tinggi/banyak dapat
mempengaruhi berbagai proses fisiologinya. Faktor-faktor lingkungan tersebut
dinyatakan penting jika dalam keadaan minimum, maksimum atau optimum sangat
berpengaruh terhadap proses kehidupan tumbuh-tumbuhan menurut batas-batas
toleransi tumbuhannya.
2. V.E. Shelford
Faktor-faktor
lingkungan penting yang berperan sebagai sifat toleransi faktor pembatas
minimum dan faktor pembatas maksimum yang pertama kali dinyatakan oleh V.E.
Shelford (1913), kemudian dikenal sebagai "hukum toleransi
Shelford". Shelford menyebutkan bahwa tumbuhan dapat
mempunyai kisaran toleransi terhadap faktor-faktor lingkungan yang sempit
(steno) untuk satu faktor lingkungan dan luas (eury) untuk faktor lingkungan
yang lain. Suatu jenis tumbuhan yang mempunyai toleransi yang luas sebagai
faktor pembatas cenderung mempunyai sebaran jenis yang luas. Masa reproduksi
merupakan masa yang kritis untuk tumbuhan jika faktor lingkungan dan habitatnya
dalam keadaan minimum.
Dalam
ekologi pernyataan taraf relatif terhadap faktor-faktor lingkungan dinyatakan
dengan awalan steno (sempit) atau eury (luas) pada kata yang menjadi faktor
lingkungan tersebut. Misalnya toleransi yang sempit terhadap suhu udara disebut
stenotermal atau toleransi yang luas terhadap kadar pH tanah, disebut
euryionik.
Toleransi Sempit
|
Toleransi Luas
|
Faktor Lingkungan
|
Stenotermal
|
Iritermal
|
Suhu
|
Stenenohidrik
|
Irihidrik
|
Air
|
Stenohalin
|
Irihalin
|
Sallinitas
|
Stenofagik
|
Irifagik
|
Makanan
|
Stenoedafik
|
Iriedafik
|
Tanah
|
Stenoesius
|
Iriesius
|
Seleksi habitat
|
Shelford
menyatakan bahwa jenis – jenis dengan kisaran toleransi yang luas untuk
berbagai faktor lingkungan akan menyebar secara luas.
Ia juga
menambahkan bahwa dalam fase reproduksi dari daur hidupnya faktor – faktor
lingkungan lebih membatasinya. Biji, telur dan embrio mempunyai irisan yang
sempit jika dibandingkan dengan fase dewasanya.
Hasil dari
shelford telah memberikan doronngan dalam kajian berbagai ekologi toleransi.
Berbagai percobaan dilakukan di laboratorium untuk mendapatkan atau menentukan kisaran toleransi dari individu
suatu jenis terhadap pencemar air yang akan sedikit memberikan gambaran dalam
penyebarannya.
Shelford
sendiri memberikan penjelasan dalam hukumnya bahwa reaksi suatu organisme
terhadap faktor lingkungan tertentu mempunyai hubungan yang erat dengan kondisi
lingkkungan lainnya, misalnya apabila Nitrat dalam tanah terbatas jumlahnya,
maka resistansi rumput terhadap kekeringan menurun. Dengan demikian kajian
laboratorium (kondisi buatan) dari sustu jenis terhadap satu faktor lingkungan
akan memberikan gambran yang tidak utuh.
Shelford
juga melihat kenyataan bahwa sering organisme hidup, tumbuhan dan atau hewan,
hidup berada pada kondisi tempat yang tidak optimum. Karena berada pada kondisi
yang tidak optimum ini akibat kompetisi dengan jenis lainnya, sehingga berada
pada keadaan yanng lebih efektif dalam hidupnya. Misalnya berbagai tumbuhan di
padang pasir sesunggguhnya akan tumbuh lebih baik di tempat yang lembab, tetapi
mereka memilih padang pasir karena adanya keuntungan ekologi yang lebih.
Demikian juga dengan anggrak sebenarnya
kondisi optimumnya berada pada keadaan penyinaran yang langsung, tetapi
mereka hidup di bawah naungan karena faktor kelembaban sangat menguntungkan.
Pengaruh
faktor-faktor lingkungan dan kisarannya untuk suatu tumbuh-tumbuhan
berbeda-beda, karena satu jenis tumbuhan mempunyai kisaran toleransi yang
berbeda-beda menurut habitat dan waktu yang berlainan. Tetapi pada dasarnya
secara alami kehidupannya dibatasi oleh: jumlah dan variabilitas unsur-unsur
faktor lingkungan tertentu (seperti nutrien dan faktor fisik, misalnya suhu
udara) sebagai kebutuhan minimum, dan batas toleransi tumbuhan terhadap faktor
atau sejumlah faktor lingkungan tersebut.
Pengertian
tentang faktor lingkungan sebagai faktor pembatas kemudian dikenal sebagai
Hukum faktor pembatas, yang dikemukakan oleh F.F Blackman, yang
menyatakan: jika semua proses kebutuhan tumbuhan tergantung pada sejumlah
faktor yang berbeda-beda, maka laju kecepatan suatu proses pada suatu waktu
akan ditentukan oleh faktor yang pembatas pada suatu saat.
Seorang
ahli ekologi Jerman Friedrich (1927), menyatakan bahwa hubungan
antara komunitas dan lingkungannya bersifat holocoenotik. Ini berarti bahwa
tidak ada dinding pemiah antara lingkungan dengan organisme atau komunitas
biologis yang ada. Ekosistem beraksi sebagi keseluruhan, sulit untuk memisahkan
satu faktor atau satu organisme di dalam tanpa mengganggu komponen ekosistem
lain. Malahan setiap organisme merupakan lingkungan dari organisme lain.
Kebutuhan dari sustu populasi akan berubah dengan adanya faktor waktu atau masa
atau seleksi alam di dalam siklus kehidupan suatu organisme.(Prof. Dr.
Zoer’ain Djamal Irwan,, M.Si: 1996. Prinsip – Prinsip Ekologi)
Konsep Faktor Pembatas
Meskipun
hukum shelford ini pada dasarnya benar, tetapi sekarang para pakar ekologi
berpendirian bahwa pendapat ini terlalu kaku. Akan lebih bermanfaat apabila
mennghubungkan konsep minimum dengan konsep toleransi ini untuk mendapatkan
gambaran yang umum tentang konsep faktor pembatas. Hal ini didasarkan pada
kenyataan bahwa kehadiran dan keberhasilan dari organisme hidup tergantung pada
kondisi – kondisi yang tidak sederhana.
Organisme
hidup di alam di kontrol tidak hanya oleh suplai materi yang minimum
diperlukannyatetapi juga oleh faktor – faktor lainnya yang keadaannya kritis.
Faktor apapun yang kuran atau melebihi batas toleransi mungkin akan merupakan
pembatas dalam penyebaran jenis.
Memang
sulit menentukan di alam faktor – faktor pembatas ini, karena masalah yang erat
kaitannya dengan pemisahan pengaruh setiap komponen lingkungan secara terpisah
di habitatnya. Nilai lebih dari penggabungan konsep faktor pembatas adalah
dalam memberikan pola atau arahan dalam kajian hubungan – hubungan yang kompleks dari faktor lingkungan ini.
Para pakar
ekologi sekarang menyadari bahwa terlalu banyak perhatian ditujukan pada kajian
– kajian toleransi dan faktor – faktor pembatas itu sendiri. Kajian hendaknya
di arahkan untuk mempelajari bagaimana tumbuhan dan hewan berkembang untuk
mennguasai habitat tertentu dan menghasilkan kisaran toleransi terhadap faktor
– faktor lingkungan yang sesuai untuk bisa mempertahankan diri.
Kajian –
kajian ekologi toleransi yang didasarkan pada pemikiran Liebig dan Shelford
pada umumya tidak menjawab pertanyaan ekologi mendasar, bagaimana jenis – jenis
teradaptasi terhadap beberapa faktor yang membatasinya. Pandangan ekologi yang
lebih berkembang adalah memikirkan perkembangan jenis untuk mencapai suatu
kehidupan dengan memperhatiakan kisaran toleransi dalam pola hidupnya. Pendekatan
ini menekankan pentingnya evolusi yang membawa pengertian yang lebih baik
hubungan antara individu suatu jenis dengan habitatnya.
Hubungan di antara Faktor – Faktor
Lingkungan
Telah
dipahami bahwa dalam kajian ekosistem adalah sangat penting untuk menganalisis
bagaimana faktor – faktor lingkungan beroperasi atau berfungsi. Dalam
kenyataannya dipahami bahwa faktor – faktor lingkungan saling berinteraksi satu
sama lainnya, sehingga sangat sulit memisahkan pengaruh secara individual dari
faktor lingkungan tersebut.
Dalam
kajian ekosistem sangat penting untuk menganalisis bagaimana factor-faktor
lingkungan berofrasi dan berfungsi, dalam kenyataannya bahwa factor-faktor
lingkungan saling berintraksisatu sama lainnya. Sehingga sangat sulit unuk di
pisahkan antara pengaruh secara individual dari factor lingkungan tersebut,
meskipun demikian karakteristikamendasar dari ekosistem apapun akan di tentukan
atau di atur oleh komponen abiotiknya, pengaruh dari variable ini akan di
modifikasi oleh tumbuhan dan hewan misalnya pohon akan menjadi pelindung untuk
tumbuhan atau mahluk hidup yang ada di bawah naungannya.
Faktor abiotik merupakan penentu
secara mendasar terhadap ekosistem sedangkan kontrolfaktor abiotik setidaknya
tetap menjadi penting dalam mempengaruhi penyebaran dan fungsi individu dari
jenis mahluk hidup. Semua factor lingkunagan berfariasi secara ruang dan waktu
organisme hidup bereaksi terhadap fariasi lingkungan seehingga hubungan yang
nyata antara lingkungan dan organisme akan membentuk komunitas dan ekosistem
tertentu baik berdasarkan ruang maupun waktu.
Hubungan Lingkungan dengan Organisme
Lingkungan
merupakan ruang tiga dimensi, di mana organisme merupakan salah satu bagiannya.
Lingkungan bersifat dinamis dalam arti berubah – ubah setiap saat. Perubahan
dan perbedaan yang terjadi baik secara mutlak maupun ssecara relatif dari
faktor – faktor lingkungan terhadap tumbuh – tumbuhan akan berbeda – beda
menurut waktu, tempat dan keadaan tumbuhan itu sendiri.
Kehidupan
sebetulnya adalah proses pertukaran
energi antara orgganisme dan lingkungan. Melalui tumbuhan hijau energi sinar
matahari diikat dan diubah menjadi energi kimia dalam bentuk senyawa gula.
Sifat dan susunan tumbuhan sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya.
Setiap bentuk dari organisme atau bagiannya yang memungkinkan organisme itu
hidup pada keadaan lingkungan tertentu disebut adaptasi.
Adaptasi
dimungkinkan oleh faktor – faktor keturunan atau gen. Gen itu menentukan sifat
potensial individu organisme. Organisme ini akan berkembang atau tidak
tergantung dari faktor – faktor lingkungan yang sesuai. Masing – masing gen
memerlukan keadaan lingkungan tertentu untuk dapat bekerja. Makin beraneka
ragam keadaan lingkungan makin beraneka ragam sifat makhluk hidup. Mutasi
menambah keanekaragaman dan daya penyesuaian diri terhadap lingkungan. Adaptasi
dan seleksi menyebabkan timbilnya evolusi yang melahirkan beribu – ribu jenis
makhluk hidup di dunia.
Jadi antar
organisme dan lingkungan terjalin hubungan yang erat dan bersifat timbal balik.
Tanpa lingkunagn organisme tidak mungkin ada, sebaliknya lingkungan tanpa
organisme, tidak berarti apa – apa. Di samping itu ada persyaratan dalam
mengatur kehidupan organisme yaitu:
1.
Lingkungan
itu harus dapat mencukupi kebutuhan minimum dari kehidupan.
2.
Lingkungan
itu tidak dapat mempengaruhi hal yang bertentangan dengan kehidupan organisme.
Hubungan Masyarakat, Tumbuhan dengan
Lingkungan
Faktor-faktor
lingkungan sebagai faktor ekologi sangat beragam, secara sendiri sendiri atau
dalam bentuk kombinasi, saling bercampur dan mempengaruhi satu sama lain yang
mempunyai peranan penting bagi kehidupan masyarakat tumbuhan dan makhluk hidup
lainnya.
Hubungan
antara faktor-faktor lingkungan dengan masyarakat tumbuhan akan menentukan
keberadaan, kesuburan atau kegagalan masyarakat tumbuhan untuk tumbuh dan
berkembang. Ciri-ciri habitat dan lingkungannya kadang-kadang dapat menentukan
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan
berikut! adanya variasi dan diferensiasi masyarakat tumbuhannya dalam bentuk
tipe-tipe vegetasinya.
Hubungan
tersebut di atas, pada umumnya terjadi antara masyarakat tumbuh-tumbuhan dengan
habitat dan lingkungannya (lingkungan abiotik), antara tumbuhan dengan
tumbuhan, antara tumbuhan dengan biota lain, dan antara tumbuhan dengan manusia
(lingkungan biotik).
Hubungan
masyarakat tumbuhan dengan lingkungan abiotik terbentuk antara tumbuh-tumbuhan
dengan tanah/lahan sebagai substrat atau habitat, fisiografi dan topografi
tanah (konfigurasi permukaan bumi), dan lingkungan iklim (cahaya matahari,
suhu, curah hujan dan kelembaban, dan udara atmosfir).
Hubungan
tumbuhan dengan tanah sebagai substrat atau habitat berhubungan erat dengan
jenis (struktur dan tekstur tanah), sifat fisik, kimia dan biotik tanah,
kandungan air tanah, nutrien dan bahan-bahan organik, serta bahan anorganik
sebagai hasil proses dekomposisi biota tanah. Dikenal berbagai sifat adaptasi
dan toleransi tumbuhan berkaitan dengan struktur dan sifat kimia tanah, yaitu
tipe vegetasi kalsifita, oksilofita, psammofita, halofita, dan lain lain.
Konfigurasi
permukaan bumi sangat mempengaruhi ketinggian, kemiringan, dan deodinamika
lahan sebagai habitat, yang akan berpengaruh terhadap iklim (cahaya/matahari,
suhu, curah hujan, dan kelembaban udara); yang secara langsung atau tidak
langsung berhubungan erat dengan masyarakat tumbuhan dalam kaitannya dengan
kehadiran, distribusi, jenis-jenis tumbuhan, dan berbagai proses biologi
tumbuhan.
Hubungan
iklim dengan tumbuhan sangat erat. Iklim berpengaruh terhadap berbagai proses
fisiologi (fotosintesis, respirasi, dan transpirasi), pertumbuhan dan
reproduksi (pembungaan, pembentukan buah, dan biji) dan sebagainya. Hubungan
tumbuhan dengan faktor lingkungan iklim merupakan hubungan yang tidak
terpisahkan dan bersifat menyeluruh (holocoenotik).
Kebutuhan
tumbuh-tumbuhan akan cahaya matahari berkaitan pula dengan energi dan suhu
udara yang ditimbulkannya. Terdapat 4 kelompok vegetasi yang dipengaruhi oleh
suhu lingkungan di habitatnya, yaitu kelompok vegetasi atau tumbuhan megatermal
(tumbuhan menyukai habitat bersuhu panas sepanjang tahun, misalnya tumbuhan
daerah tropis), mesotermal (tumbuhan yang menyukai lingkungan yang tidak bersuhu
terlalu panas atau terlalu dingin), mikrotermal (tumbuhan yang menyukai habitat
bersuhu rendah atau dingin, misalnya tumbuhan dataran tinggi atau habitat
subtropis) dan hekistotermal yaitu tumbuhan yang terdapat di daerah kutub atau
alpin.
Dalam
kaitan dengan lamanya penyinaran (fotoperiodisitas) terdapat 3 kelompok
vegetasi yang mempunyai respon terhadap proses pembungaan. Yaitu kelompok
tumbuhan berhari pendek (fotoperiodisitas) (fotoperiodisitas kurang dari 12
jam/hari), misalnya ubi jalar: tumbuhan berhari panjang (periodisitas lebih
dari 12 jam/hari), misalnya kentang; dan tumbuhan netral, yaitu tumbuhan yang
pembungaannya tidak dipengaruhi lamanya penyinaran, tumbuhan berbunga sepanjang
tahun, misalnya ubi kayu atau tembakau.
Air
sebagai komponen lingkungan abiotik merupakan faktor ekologi yang penting
selain cahaya, suhu dan kelembaban udara, merupakan hasil proses presipitasi
uap air yang sebagian besar jatuh ke permukaan bumi dalam bentuk curah hujan.
Ketersediaan air per tahun sangat menentukan keberadaan, sebaran dan berbagai
proses biologi masyarakat tumbuhan dan makhluk hidup lainnya.
Terdapat
jenis-jenis tumbuhan yang telah beradaptasi dengan ketersediaan air dan curah
hujan di habitatnya, yaitu tumbuhan hidrofita, tumbuhan yang hidup pada habitat
perairan atau akuatik, misalnya eceng gondok (Eichhornia crassipes); tumbuhan
xerofita, tumbuhan yang hidup di habitat beriklim kering, misalnya pohon pinus
(Pinus merkusii); dan tumbuhan mesofita, yaitu tumbuhan yang hidup di habitat
yang ketersediaan airnya tidak berlebihan atau kekurangan, misalnya pohon asam
(Tamarindus indica).
Hubungan
tumbuh-tumbuhan dengan udara atmosfir pada umumnya berkaitan dengan gas CO2,
O2, dan angin. Tumbuh-tumbuhan berperanan penting dalam siklus
karbon yang berhubungan dengan ketersediaan CO2 dan O2
dalam proses fotosintesis dan respirasi makhluk hidup. Gerakan udara sebagai
angin mempunyai peranan ekologis dapat menguntungkan maupun merugikan, misalnya
terhadap penyebaran serbuk sari, spora atau biji-bijian. Sebaliknya jika
kecepatan angin terlalu besar dapat menyebabkan penurunan berbagai proses
metabolisme, tumbuhan menjadi layu atau mati.
Hubungan
masyarakat tumbuhan dengan makhluk hidup lainnya terjadi dalam bentuk hubungan
antara tumbuh-tumbuhan dengan tumbuhan lainnya, antara tumbuh-tumbuhan dengan
hewan, tumbuhan dengan mikrobiota (parasit dan biota pengurai) dan antara
tumbuhan dengan manusia
Hubungan
tumbuh-tumbuhan dengan makhluk hidup lain pada dasarnya merupakan hubungan di
mana tumbuh-tumbuhan dimanfaatkan sebagai makanan atau sumber energi (hubungan
herbivori, parasitik, dan saprofitik), sebagai substrat atau habitat dan
hubungan ketergantungan (hubungan epifit, tumbuhan pencekik, atau liana)
Hubungan
tumbuhan dengan tumbuhan terdapat dalam bentuk kompetisi akan berbagai
kebutuhannya seperti substrat tempat tumbuh atau ruang.
Pengaruh Lingkungan
Faktor –
faktor lingkungan akan mempengaruhi fungsi fisiologis tanaman. Respons tanaman
sebagai akibat faktor lingkungan akan terlihat pada penampilan tanaman. Hal ini
dapat terlihat langsung pada vegetasi hutan bakau yang tumbuh di pantai
berlumpur. Bakau mempunyai akar napas. Begitu pula tumbuhan yang tumbuh pada
ekosistem rawa, mempunyai akar papan. Ini semua ada maksudnya, dan terkandung
makna bahwa tumbuhan itu juga menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Begitu
pula biasanya vegetasi yang tumbuh di sekitar ekosistem tersebut juga spesifik
atau tertentu. Karena hanya tumbuhan yang sesuai dan cocok saja yang dapat
hidup berdampingan. Tumbuhan pun mempunyai sifat menolak terhadap tumbuhan yang
tidak disukainya, yaitu dengan mengeluarkan semacam zat kimia yang dapat
bersifat racun bagi jenis tertentu yangg disebut allel. Pengaruh jenis
tumbuhan terhadap jenis tertentu, di mana jenis tumbuhan tersebut mempunyai
sifat allelopait.
Pengaruh
tanaman sesama tanaman itu dapat dipelajari hubungan interaksi yang dapat
saling menguntungkan sepereti tanaman pelindung. Ada yang satu untung yang lain
tidak, ada yang tidak memberikan pengaruh apa – apa
Kesimpulan
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi
fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh
di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan
manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.
Berbagai
cara di lakukan oleh pakar ekologi dalam pembagian komponen lingkungan ini,
salah satunya adalah:
a.
Faktor
Iklim, meliputi parameter iklim utama seperti cahaya, suhu,, ketersediaan air
dan angin.
b.
Faktor
tanah, merupakan karakteristika dari tanah seperti nutrisi tanah, reaksi tanah,
kadar air tanah, dan kondisi fisika tanah.
c.
Faktor
topografi, yaitu meliputi pengaruh dari terrain seperti sudut kemiringan, aspek
kemiringan dan kketinggian tempat dari muka laut.
d.
Faktor
biotik, merupakan gambaran semua interaksi dari organisme hidup seperti
kompetisi, peneduhan dan lain – lain.
Proses
kehidupan dan kegiatan makhluk hidup termasuk tumbuh – tumbuhan pada dasarnya
akan dipengaruhi dan mempengaruhi faktor-faktor lingkungan, seperti cahaya,
suhu atau nutrien dalam jumlah minimum dan maksimum..
Akan lebih
bermanfaat apabila mennghubungkan konsep minimum dengan konsep toleransi ini
untuk mendapatkan gambaran yang umum tentang konsep faktor pembatas. Hal ini
didasarkan pada kenyataan bahwa kehadiran dan keberhasilan dari organisme hidup
tergantung pada kondisi – kondisi yang tidak sederhana.
Faktor –
faktor lingkungan akan mempengaruhi fungsi fisiologis tanaman. Respons tanaman
sebagai akibat faktor lingkungan akan terlihat pada penampilan tanaman. Hal ini
dapat terlihat langsung pada vegetasi hutan bakau yang tumbuh di pantai
berlumpur. Bakau mempunyai akar napas. Begitu pula tumbuhan yang tumbuh pada
ekosistem rawa, mempunyai akar papan. Ini semua ada maksudnya, dan terkandung
makna bahwa tumbuhan itu juga menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
cool..
BalasHapus